Resensi Film Laskar Pelangi yang Diadaptasi dari Novel Karya Andrea Hirata

Film Laskar Pelangi adalah film yang diproduseri oleh Riri Riza dan rilis pada tahun 2008.

Film yang diadaptasi dari novel karangan Andrea Hirata ini telah mendapatkan penghargaan dari dalam maupun luar negeri.

Film Laskar Pelangi ini pernah meraih penghargaan sebagai pemenang di Indonesia Movie Awards dan menjadi unggulan di Asian Film Awards di Hong Kong pada tahun 2009.

Identitas Film

Judul Film : Laskar Pelangi

Sutradara : Riri Riza

Produser : Mira Lesmana

Penulis Naskah : Salman Aristo, Riri Riza, Mira Lesmana,

Pemain : Ikal (Zulfani), Lintang (Ferdian), Mahar (Veris Yamarno), Ibu Muslimah (Cut Mini), Pak Harfan (Ikranagara), Pak Mahmud (Tora Sudiro), Zulkarnaen (Slamet Rahardjo), Bapak Ikal (Mathias Muchus), Ibu Ikal (Rieke Diah Pitaloka),Ikal Dewasa ( Lukman Sardi ), Lintang Dewasa (Ario Bayu), Pak Bakri (Teuku Rifnu Wikana), Bapak Lintang (Alex Komang), Istri Pak Harfan (Jajang C.Noer), Ayah A Ling (Roby Tumewu), Kucai ( Yogi Nugraha), Syahdan (M. Syukur Ramadan), A Kiong (Suhendri), Borek (Febriansyah), Trapani (Suharyadi), Harun (Jefry Yanuar), Sahara (Dewi Ratih Ayu), Flo (Marcella), A Ling (Levina)

Genre : Roman

Studio : Miles Films, Mizan Production

Durasi : 125 menit

Sinopsis

Film ini merupakan adaptasi dari novel karya Andrea Hirata yang berjudul Laskar Pelangi. Ceritanya dimulai saat Ikal (Lukman Sardi) kembali ke kampung halamannya.

Ia menceritakan cerita masa kecil saat pertama kalinya ia masuk sekolah SD Muhammadiyyah. Ketika itu, ada masalah saat kelasnya yang akan dibuka oleh 2 orang guru, bu Muslimah & pak Harfan itu kekurangan orang yang harus memiliki 10 orang murid.

Sedangkan saat itu jumlah murid hanya 9 orang. Lalu datanglah harus sebagai murid ke-10 yang membuat kelas itu bisa berjalan dan menyelematkan anak-anak lain yang ingin bersekolah. Dari 10 orang murid ini terbentuklah Laskar Pelangi yang terdiri dari Ikal, Mahar, Lintang, Borek, A-Kiong, Syahdan, Kucai, Trapani, Sahara, dan Harun.

Tempat belajar anak Laskar Pelangi, SD Muhammadiyyah, merupakan sekolah tertua di daerah Belitong terliat begitu menyedihkan dan juga rapuh dibandingkan dengan sekolah-sekolah PN Timah (Perusahaan Negara Timah) tempat anak-anak orang kaya bersekolah. Ironis, dimana mereka dengan kemiskinannya berada ditengah-tengah kekayaan PN Timah yang mengeksloitasi tanah mereka.

Ujian dan kesulitan terus menghampiri SD Muhammadiyyah. Dengan terseok-seok, sekolah ini dibangun dengan jiwa ikhlash yang dipelopori oleh dua orang guru dan seorang kepala sekolah yang sudah tua.

Sekolah yang hampir dibubarkan karena kekurangan murid ini dihidupi berkat perhatian para donatur di komunitas marjinal.

Namun, sekolah ini masih tak layak, gedung yang bobrok, atap yang bolong-bolong, ruang kelas hanya beralaskan tanah, bangkupun seadanya, apabila malam hari datang sekolah ini dipakai untuk menyimpan ternak.

Mirisnya, sekolah yang hanya mampu membayar gaji dengan sekian kilo beras ini membeli kapur tulis sekalipun terasa mahal.

Film yang disutradarai Riri Riza ini menceritakan tentang anak-anak di salah satu pulai yang indah di Indonesia. Cerita dimana mereka harus berkerja keras untuk bersekolah. Cerita tentang 10 anak Laskar Pelangi yang pantang menyerah dalam menggapai cita-cita mereka, serta diisi oleh keindahan persahabatan yang kuat.

Kelebihan Film Laskar Pelangi

Alur cerita yang bagus dan juga natural menjadi salah satu kelebihan dari film ini. Selain itu, film ini memperkenalkan keindahan Pulau Belitong.

Kekurangan Film Laskar Pelangi

Untuk kekurangin pada film ini bisa disebut tidak ada. Hanya saja terdapat penggalan cerita atau adegan yang tidak ditampilkan dari novel aslinya.

Share